
Prinsip Islam dalam Dakwah – Tribune Online
Penting bagi umat Islam untuk menyadari bahwa dakwah adalah suatu kewajiban bagi mereka. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan dakwah yang shaleh, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q16:125)
Nabi (SAW) juga bersabda: “Bacalah satu saja ayatku.” (Al-Bukhari)
Oleh karena itu, penyampaian pesan tidak memerlukan keahlian tingkat tinggi; itu sebenarnya merupakan tanggung jawab setiap muslim, sesuai dengan kemampuannya.
Kewajiban tersebut semakin dipertegas pada ayat berikutnya yang menjelaskan bahwa tidak menyampaikan risalah – menyembunyikan ilmu Islam – adalah kemaksiatan kepada Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan hujjah-hujjah yang nyata, dalil-dalil dan petunjuk-petunjuk yang Kami turunkan, setelah Kami jelaskan kepada orang-orang yang ada di dalam Kitab, maka mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan orang-orang yang mengutuki.” (Q2:159)
Nabi (SAW) juga bersabda: “Barangsiapa menyembunyikan ilmu, maka Allah akan mencapnya dengan besi cap Neraka” (HR Ahmad).
Menyerukan manusia kepada Allah juga berarti menyempurnakan ibadah kita, alasan kita diciptakan. Ini adalah salah satu amalan paling mulia yang mendatangkan pahala yang tinggi.
“Dan siapakah yang lebih baik ucapannya dari pada orang yang mengajak kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh, lalu mengucapkan; “Saya salah satu Muslim.” (Q41: 33)
Dakwah berasal dari kata Arab yang berasal dari kata da’a (memanggil). Ini memiliki beragam interpretasi dalam konsekuensi agama dan sekuler. Dalam terminologi Islam, dakwah langsung bermakna ajakan ke jalan Allah.
Sungguh, umat Islam sangat beruntung karena Allah telah membimbing kita ke jalan yang benar. Sangat penting bagi kita untuk mengajak orang masuk Islam sebagai cara untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT. Kita harus menyebarkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, semata-mata karena keridhaan Allah. Alasannya untuk mengajak orang bertahwid. Kita harus menyebarkan Islam agar hukum Allah berlaku, bukan hukum buatan manusia. Pentingnya kita berdakwah untuk menghidupkan kembali Sunnah Nabi dan mendapatkan pahala yang lebih banyak.
Dakwah pada hakikatnya adalah pernyataan ketuhanan yang diserahkan Sang Pencipta ke tangan para nabi dan penerusnya (ulama) agar tujuan utama-Nya menciptakan umat manusia dapat tercapai. Karena dalam sudut pandang Islam, Allah adalah pemberi hukum, Dia mempunyai kekuasaan mutlak atas makhluk-Nya. Oleh karena itu, tujuan dakwah adalah untuk menuntun manusia menjalani kehidupan yang sesuai dengan rencana Sang Pencipta.
Allah, dalam Al-Qur’an yang Agung, memerintahkan Nabi-Nya (SAW) untuk mematuhi penggunaan kebijaksanaan dalam menyeru manusia.
“Ajaklah (manusia) wahai Muhammad (SAW) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan dakwah yang shaleh, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q16:125)
Semoga keridhaan Allah yang tak terukur dan tak terhitung tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang bersabda: “Sampaikanlah (kepada orang lain) dariku, meskipun hanya satu ayat.”
Bentuk dakwah
Bentuk dakwah ada beberapa macam, mulai dari yang khusus sampai yang umum. Bentuk khusus adalah yang berkaitan dengan ajaran dasar Islam sebagai berbagai cara beribadah. Bentuk umum yang berkaitan dengan pendekatan modern terhadap ajakan dan pengajaran Islam dengan menggunakan teknologi modern. Bentuk-bentuk dakwah ini sangat penting jika konsepnya ingin dipahami dari sudut pandang yang lebih luas. Ini mungkin menjelaskan mengapa pilihan ini tetap terbuka dalam Al-Qur’an.
Adapun bentuk-bentuk dakwah yang khusus, berikut yang mudah mendekati pemikiran kita: wa’z, irshad, tadhkirah dan nasiha. Dzikir, nasihah, wa’z berkaitan dengan umat Islam, sedangkan bagi non-Muslim tabliqh dan tabshir sesuai untuk dakwah. Semua istilah tersebut merupakan bagian integral dari dakwah. Mereka dilakukan di lingkungan masjid, festival dan program Muslim.
Untuk bentuk umumnya kita punya contoh seperti alam terbuka, media massa, penggunaan dialog, video, drama, dan lain-lain.
Open Air: Merupakan upaya perorangan yang bertujuan mengajak manusia kepada jalan Allah. Tujuan utamanya adalah untuk mengajak masyarakat masuk Islam dan juga meyakinkan penonton bahwa syirik adalah kejahatan terbesar dalam Islam. Dakwah di udara terbuka adalah cara tradisional awal penyebaran risalah Islam, yang digunakan oleh para nabi Allah, para sahabat dan ulama keliling. Inilah salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penyebaran dan konsolidasi Islam.
Media massa: Media massa digambarkan sebagai semua media komunikasi yang menjangkau khalayak luas, terutama televisi, radio, surat kabar, dan Internet. Media tersebut memfasilitasi transmisi pendidikan, informasi pencerahan dan hiburan kepada masyarakat.
Video dan Drama: Saat ini, video compact disc dan drama menjadi sumber yang sangat baik untuk menyebarkan pesan kepada publik. Kepentingan kami dalam hal ini adalah boomingnya video CD di pasaran saat ini dengan pengaruh yang kuat terhadap sikap sosial budaya masyarakat, khususnya kaum muda. Sebuah drama Islami berpotensi memfokuskan kembali perhatian umat Islam dan mengoreksi pesan-pesan keliru yang dibawa oleh non-Muslim yang mayoritas berkecimpung di sektor industri hiburan ini. Meskipun beberapa praktisi Sunnah tidak menyukai drama, drama tersebut memiliki cara untuk menyebarkan Islam.
Adab seorang da’i (penyebar)
Sesungguhnya etika Islam dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an yang Agung, dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan diikuti oleh para sahabat. Seorang penyebar Islam perlu mengadopsi etika tertentu agar berhasil di bidangnya. Itulah beberapa etika atau ciri-ciri da’i.
Kesetiaan dan ketulusan: Merupakan tugas seorang penyebar Islam untuk ikhlas dalam perkataan dan tindakannya. Dia harus menyebarkan kebenaran.
Kesabaran: Jika kesabaran adalah salah satu sifat utama yang wajib dimiliki seluruh umat manusia agar mereka berhasil dalam segala usahanya, maka kesabaran lebih diperlukan bagi seorang da’i daripada yang lain.
Kerendahan Hati: Kesombongan tidak lain hanyalah ketidaktahuan, kebodohan dan bukti bahwa seseorang tidak mengetahui nilai dirinya. Kebanggaan hanya milik Allah saja. Seorang dakwah harus rendah hati karena bergaul dengan masyarakat, mengajak ke jalan yang lurus dan mengajarkan etika Islam.
Hubungan Baik : Hakikat dakwah mengharuskan bergaul dengan orang banyak. Nabi Muhammad (SAW) menghabiskan hidupnya berinteraksi dengan orang-orang, bergabung dalam pertemuan mereka dan menghadiri festival mereka, menyeru mereka ke jalan Allah, memerintahkan perbuatan baik dan mengurangi keburukan. Hubungan dengan manusia merupakan hal yang sangat penting dalam bidang dakwah, karena Islam tidak dapat sepenuhnya diamalkan sendirian – tanpa bergaul dengan orang lain. Manusia bersifat kolektif dan tidak dapat hidup sendiri.
Kesetiaan: Keimanan seorang Dakwah harus tak tergoyahkan, tidak peduli seberapa besar kesulitan yang dihadapinya, kekuatan dan perlawanan dari orang-orang kafir atau musuh. Iman para dai tidak boleh melemah karena kecerobohan umat.
Rahmat: Para dakwah harus penyayang dalam segala urusan dakwah dan juga orang-orang yang diundang. Dia harus selalu sadar bahwa dia sedang mengajak umat manusia kepada apa yang dicintai Allah. Sebagai seorang Muslim, seseorang harus bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang dan penuh kasih terhadap orang lain.
Takut kepada Tuhan: Seorang propagandis harus selalu mengijinkan kehadiran Allah dalam pikirannya. Selama para propagandis terus membantu Allah dan menyeru ke jalan-Nya, Allah akan membantu mereka.
Tugas dakwah sangatlah besar dan kompleks, namun penting dan perlu. Perlu ditegaskan bahwa dakwah merupakan seni yang harus dikuasai sebelum dijalani. Tidak ada solusi instan untuk permasalahan berskala besar. Agar dianggap serius, mereka yang menyebarkan Islam harus hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Para pekerja dakwah pertama-tama harus berusaha mencapai, memelihara dan memperkuat ketakwaan. Ini adalah alat yang sangat diperlukan yang memungkinkan mereka mencapai target serta takwa dan al-iklas.
Pengetahuan adalah alat dakwah yang penting. Para pekerja dakwah hendaknya mencari ilmu dan pada kenyataannya menjadikannya sebagai ikhtiar seumur hidup. Islam itu berdasarkan ilmu, oleh karena itu mengajak manusia kepada agama itu juga harus berdasarkan ilmu.
Pengetahuan tentang metode dakwah sama pentingnya dengan pengetahuan tentang pokok bahasannya. Pengetahuan yang buruk tentang metode dakwah merugikan kerja dakwah.
- Miss Shompe mempresentasikan makalah ini pada salah satu acara yang menandai wisuda Perguruan Tinggi Iqra, Ilorin baru-baru ini.